jump to navigation

Yusuf Mansur Pelopori Majelis Dhuha Nasional 25 April 2009

Posted by withpras in Hikmah.
trackback

yusuf_mansyur_005
Meskipun kedudukannya sunnah, tetapi shalat Dhuha adalah sering dikatakan sebagai shalat penjemput rezeki. Oleh Ustadz Yusuf Mansur ini justru sebuah kesempatan emas untuk mempopuliskan shalat Dhuha, seiring dengan carut marut permasalahan sosial yang tak habis mendera bangsa kita. Akankah shalat Dhuha menjadi solusi bagi semua masalah nan tak kunjung padam di negeri ini?

Apa keutamaan shalat Dhuha? Banyak yang sudah mengetahui diantaranya adalah keutamaan di dunia untuk kelancaran rezeki—meskipun hakikatnya ibadah itu bukan untuk mencari rezeki. Diantara keutamaan itu adalah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah “Pada tiap-tiap persendian itu ada shadaqahnya, setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah setiap amar ma’ruf nahyil munkar itu shadaqah. dan cukuplah memadai semua itu dengan memperkuat/melakukan dua rakaat shalat dhuha”
Orang telanjur melekatkan shalat Dhuha ini menjadi ibadah untuk pembuka pintu rezeki, karena itulah ibadah ini begitu populer dan kerap dilakukan oleh seorang muslim yang beriman. Tapi bagaimana jika ibadah dhuha ini kemudian dilembagakan dan dijadikan menjadi suatu gerakan massal untuk mempercepat rezeki Allah untuk turun ke dunia?
Hal inilah yang dilakukan oleh Yusuf Mansur, seorang ustadz yang mengarahkan dakwahnya pada keutamaan bershodaqoh. Melalui gerakan shodaqohnya itulah usaha dakwahnya kemudian berkembang pesat, mampu mendirikan kelompok pengajian Wisata Hati, sekolah Darul Qur’an dan yang lainnya
Produser film Kun Fayakun ini pada 4 April lalu meluncurkan Majelis Shalat Dhuha Nasional di ruangan Poncowati, Hotel Patrajasa Semarang. Apa sesungguhnya Majelis Dhuha Nasional tersebut? Menurut ustadz berkacamata minus ini, Majelis Dhuha adalah kumpulan orang-orang yang melakukan shalat Dhuha, baik itu di lingkungan keluarga, atau di luar keluarga, dan ini akan dilakukan secara nasional. Majelis Dhuha adalah kumpulan orang-orang yang melakukan shalat dhuha, baik itu di lingkungan keluarga atau di luar keluarga,” kata dia. Majelis Dhuha Nasional yang telah dilaunching Sabtu (4/4) kemarin di Hotel Patra, lanjutnya, ingin mengajak masyarakat untuk membiasakan shalat dhuha. Shalat sunah itu bermanfaat untuk mendatangkan rezeki. “Dalam majelis, shalat ini dikerjakan secara bersama-sama, bukan berjamaah,” imbuhnya
Didalam websitenya, wisata hati—weha komunitas Ustadz Yusuf Mansur menunjukkan cara-cara teknisnya bagaimana majelis dhuhanya ini bisa menjadi sebuah gerakan massal. Ia membuat tausiyah atau ceramah-ceramah berdurasi pendek dalam bentuk DVD atau VCD kemudian diberikan pada fasilitator dari tiap-tiap majelis dhuha di lingkungan masing-masing. Yusuf Mansur sendiri mengatakan bahwa Ia tidak mungkin hadir dalam tiap majelis masing-masing, makanya dia memilih untuk menghadirkan dirinya dalam bentuk lain, yakni tetap memberikan ceramah tetapi dalam bentuk DVD dan VCD, nantinya dari setiap fasilitator ini bisa berkenan memperdengarkan ceramah dan tausiyah dari Ustadz Yusuf Mansur sekaligus bisa menjadi ladang amal sekaligus bisa berbisnis dari sini seperti dengan adanya berbagai barang dan produk yang banyak tersedia di Yayasan Wisata Hati (withpras)

Mencari Tuhan yang Hilang di Hotel Prodeo

Hanya Allah yang menghendaki seseorang itu menjadi apa saja, kita manusia tinggal menyongsong jalannya saja, jika seseorang ini benar-benar dikehendaki Allah menjadi pribadi yang penuh arti, Allah telah menyiapkannya dengan berbagai ujian, menempanya dengan berbagai kesulitan, sehingga ketika kesuksesan itu menyelimutinya Ia benar-benar sadar bahwa itu semua karena kehendak Allah semata, Allah telah memilihnya.

Barangkali sepuluh tahun lalu kita tidak akan kenal dengan sosok Yusuf Mansur, pria berperawakan sedang dan berkaca mata minus dan hobi balapan motor adalah sosok yang bukan selebritis apalagi tampang-tampang bintang sinetron, tidak ada sama sekali. Sepuluh tahun yang lalu pernah mengalami cobaan bertubi-tubi, mulai dari kegagalannya berbisnis informatika sampai terlilit hutang sampai miliyaran rupiah yang membawa konsekuensi berat pada dirinya, yakni dipenjara.
Saat di penjara itulah, Ustadz Yusuf menemukan hikmah tentang shodaqoh. Selepas dari penjara, Ustadz Yusuf berjualan es di terminal Kali Deres. Berkat keikhlasan sedekah pula, akhirnya bisnis Ustadz Yusuf berkembang. Tak lagi berjualan dengan termos, tapi memakai gerobak, Ia juga mulai punya anak buah. Hidup Ustadz Yusuf mulai berubah saat ia berkenalan dengan polisi yang memperkenalkannya dengan LSM. Selama kerja di LSM itulah, Ustadz Yusuf membuat buku Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang. Buku yang terinspirasi oleh pengalamannya di penjara saat rindu dengan orang tua. Tak dinyana, buku itu mendapat sambutan yang luar biasa. Ustadz Yusuf sering diundang untuk bedah buku tersebut. Dari sini, undangan untuk berceramah mulai menghampirinya. Di banyak ceramahnya, ia selalu menekankan makna di balik sedekah dengan memberi contoh-contoh kisah dalam kehidupan nyata.
Soal keajaiban sedekah, Yusuf memang ahlinya. Ia secara pribadi mengaku seringkali membuktikan sendiri kalau sedekah itu memang manjur. Ia mengaku memperoleh semacam ‘wangsit’ soal ilmu sedekah ini sewaktu ia berada di dalam penjara (Yusuf pernah dua kali masuk bui karena persoalan hutang, suatu hal yang kemudian ia jadikan sebagai pelajaran untuk disampaikan kepada orang lain). Ketika itu ia lapar, dan yang ada hanyalah sepotong roti. Padahal ia berharap sebungkus nasi.

Pelajaran di Penjara
Ia kemudian melihat barisan semut di tembok penjara dan membagikan potongan roti itu untuk kerumunan semut. Kemudian ia berdoa agar dapat sebungkus nasi sebagai imbalannya. Tak disangka, beberapa menit kemudian seseorang membawakan sebungkus nasi Padang untuknya. Keluar dari penjara, di tahun 1999 ia sempat berjualan es kacang hijau. Hampir setiap hari puluhan bungkus esnya kembali, hanya sedikit yang membeli. Keesokan harinya ia memutuskan untuk menerapkan ‘ilmu semut’ yang ia peroleh di dalam penjara. Ia membagikan bungkus es secara cuma-cuma kepada pengemis. Tak disangka, tak lama kemudian dagangannya langsung ludes dibeli orang.
Sejak itu ia percaya, bahwa sedekah itu harus didepan, bukan dibelakang seperti yang banyak dilakukan orang selama ini. Ia mulai percaya sedekah membawa membawa berkah. Padahal, sebelumnya ia adalah tipe anak yang secara diam-diam nekad menjual harta berupa tanah. Dia menyebut keputusan konyolnya itu sebagai dosa terbesar yang pernah dia lakukan. Maka dari situ bisnisnya kemudian hancur karena jalan yang saya tempuh bukan jalan yang baik. Sejak saya menerapkan ilmu sedekah, semuanya jadi lancar. Omsetnya sekarang milyaran rupiah.

Matematika Sedekah
Dalam sebuah ceramahnya Ia pernah mengatakan bahawa Ia ingin mengatakan pada semua orang, agar jangan lagi menggunakan kata ‘seikhlasnya’ setiapkali mereka diminta bersedekah. Sebab, ‘seikhlasnya’ hanya akan membuat orang bersedekah sekecil-kecilnya. Orang selalu berpikir bahwa sedekah itu kecil. Padahal, matematika sedekah tidak seperti itu. Tuhan akan membalas sepuluh kali lipat dari apa yang kita sedekahkan. Jika orang punya uang seratus ribuan dan sepuluh ribuan, ia pasti akan menyumbangkan yang sepuluh ribuan. Padahal, seharusnya yang disedekahkan itu yang seratus ribuan.
“Rumusnya begini, jika 10.000 yang disedekahkan, maka 10.000 itu akan dikalikan 10 sehingga hasilnya menjadi 100.000. Jika sebelumnya ia memiliki uang 110.000, maka uangnya kini menjadi 200.000. Tapi jika ia menyumbangkan yang 100.000, maka 100.000 itu akan dikalikan 10 hingga menjadi 1.000.000. Sehingga uangnya yang semula 110.000, dalam rumus sedekah bertambah menjadi 1.010.000. Jadi, orang harus mulai berpikir bahwa sedekah itu bukan mengurangi harta, tapi malah menambah harta”.

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar